Budaya Lingkungan dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Penilaian
Mata Kuliah Manajemen
Berbasis Sekolah
Dosen
Pengampu
: Dr. Rita Aryani M.M
Nama : Nikita Sebrina
Nim : 8720317150027
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS PANCA SAKTI
BEKASI
2020
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar
belakang
Manajemen
budaya dan lingkungan sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mengembangkan karakter positif siswa. Manajemen budaya dan lingkungan sekolah
dilakukan agar lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang kondusif bagi
penyemaian dan pengembangan watak optimisme, mengembangkan penalaran,
pencerahan akal budi, membekali ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan
untuk menjadikan siswa yang jujur, sopan santun, kreatif produktif,
mandiri, dan bermanfaat bagi sesamanya. Karena lingkungan sekolah
merupakan salah satu tempat siswa berinteraksi, selain lingkungan keluarga dan
masyarakat untuk melakukan proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai,
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu, sekolah sebagai sebuah
institusi perlu dikelola dengan cara-cara pengelolaan yang baik. Manajemen
budaya dan lingkungan sekolah mempunyai peluang besar dalam menghasilkan
lulusan yang memiliki karakter nilai-nilai baik agar pendidikan dapat
berlangsung sebagai usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran kondusif sehingga dapat menghasilkan siswa yang
tidak hanya cerdas secara kognitif tetapi siswa yang berkarakter positif.
Manajemen
budaya sekolah yang kondusif bagi penyemaian dan pengembangan
pengembangan karakter karakter positif positif siswa dilakukan dilakukan
dengan memperhatikan memperhatikan prinsip-prinsip prinsip-prinsip
berkelanjutan, berkelanjutan, terpadu, terpadu, konsisten, konsisten,
implementatif, implementatif, dan menyenangkan. Untuk pengembangan budaya
sekolah diperlukan empat tahapan yaitu perencanaan program, sosialisasi yaitu
perencanaan program, sosialisasi program, pel program, pelaksanaan program, dan
aksanaan program, dan evaluasi program. Untuk mengetahui keberhasilan program
pengembangan pengembangan budaya sekolah sekolah perlu dilakukan
dilakukan monitoring monitoring dan evaluasi evaluasi yang bertujuan untuk
mengetahui kesesuaian program dengan perencanaan. perencanaan.
Tingkat pencapaian pencapaian program program pengembangan pengembangan budaya
dan lingkungan sekolah ungan sekolah
yang kondusif yang kondusif perlu dibuat perlu dibuat instrumen pengukuran
keberhasilan.
Belum
semua sekolah memahami pentingnya budaya sekolah.
Hal ini terlihat pada fakta bahwa belum semua
sekolah memiliki program pengembangannya.
pengembangannya. Kondisi ini terjadi terjadi karena sebagian kepala
sekolah belum memahami memahami dan terampil terampil dalam merencanakan,
merencanakan, melaksanakan melaksanakan pengembangan, dan pengembangan,
dan mengukur efektivitas mengukur efektivitas pengembangan budaya pengembangan
budaya sekolah. sekolah. Hal itu tidak berarti kepala sekolah tidak
memperhatikan pengembangannya. pengembangannya. Pada Kenyataannya
Kenyataannya banyak kepala sekolah sekolah yang sangat memperhatikan akan
pentingnya membangun suasana sekolah, suasana kelas, membangun hubungan yang
harmonis untuk menunjang terbentuknya norma, keyakin a norma, keyakinan, sikap,
karakt an, sikap, karakter, dan motif berpre dan motif berprestasi sehingga
tumbuh menjadi sikap berfikir warga sekolah yang positif. Hanya saja kenyataan
itu sering tidak tampak pada dokumen program pengembangan budaya.
- Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah?
2. Apa
yang dimaksud dengan budaya dan lingkungan sekolah?
3. Bagaimana Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah?
4. Bagaimana Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah?
- Tujuan
1. Untuk
mengetahui Manajemen Berbasis Sekolah
2. Untuk mengetahui Budaya dan Lingkungan Sekolah.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan
Lingkungan Sekolah.
4. Untuk mengetahui Karakteristik Budaya dan Lingkungan
Sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Manajemen
Berbasis Sekolah
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu isu yang kuat didorong ke permukaan
dalam konteks implementasi gagasan reformasi pendidikan yang direfleksikan
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 51 ayat
(1) menyatakan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.”
Manajemen
berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based
management” yang memiliki arti sebagai suatu pendekatan praktis yang
bertujuan untuk mendesain pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan
kepada sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan
kinerja sekolah yang mencakup guru, kepala sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat. MBS
merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat
sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) menurut para ahli:
Ø Menurut
Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan
pendidikan yang menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.
Ø Menurut
Nurkholis (2003:1) menjelaskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya berdasar
pada sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Ø Menurut
Myers dan Stonehill (1993) menjelaskan bahwa MBS merupakan strategi untuk
memperbaiki pendidikan dengan mentransfer otoritas pengambilan keputusan secara
signifikan dari pemerintah pusat dan daerah ke sekolah-sekolah secara
individual.
Manajemen
Berbasis Sekolah pada prinsipnya menempatkan kewenangan yang bertumpu pada
sekolah dan masyarakat, menghindari format sentralisasi dan birokratisasi yang
dapat mneyebabkan hilangsa fungsi manajemen sekolah. MBS memandang sekolah
sebagai suatu lembaga yang harus di kembangkan. Prestasi kerja sekolah diukur
dari perkembangannya. Oleh karena itu, semua kegiatan program sekolah ditujukan
untuk memberikan pelayanan kepada siswa secara oprimal.
MBS
memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan
pengelolaan system pendiikan atau administrator secara professional. Oleh
karena itu, keberhasilan dalam mencapai kinerja unggul akan sangat ditentukan
oleh faktor informasi, pengetahuan, keterampilan, dan insentif (hadiah) yang
berorientasi pada mutu, efisiensi dan kemandirian sekolah. Berkaitan dengan
harapan untuk menghasilkan mutu yang baik, konsep MBS memperhatikan aspek-aspek
mutu yang harus dikendalikan secara komprehensif yaitu karakteristik mutu
pendidikan, baik input, proses, maupun output atas pembiayaan, metode atau
sistem penyampaian bahan atau materi pelajaran pelayanan pada siswa dan orang
tua atau masyarakat.
MBS
akan efektif diterapkan jika para pengelola pendidikan mampu melibatkan
stakeholders terutama peningkatan peran serta masyarakat dalam menentukan
kewenangan, pengadministrasian, dan inovasi kurikulum yang dilakukan oleh
masing-masing sekolah. Oleh karena itu, validitas sekolah terhadap stakeholder
akan menjadi titik awal kepercayaan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat
jika sekolah mampu memenuhi harapan atau kebutuhan siswa dan msyarakat.
Jadi,
dari uraian di atas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pengelolaan sumber
daya sekolah yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah, baik dari kepala
sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat serta mengikutkansertakan kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah untuk mencapai tujuan peningkatan
sekolah dengan proses yang baik.
- Budaya
Sekolah
Istilah “budaya” mula-mula datang
dari disiplin ilmu Antropologi Sosial. Apa yang tercakup dalam definisi budaya
sangatlah luas. Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku,
kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan
pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang
ditransmisikan bersama. Kebudayaan “merupakan masyarakat yang
berdasarkan hukum-hukum yang
adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis yang paling baik bagi
warga negaranya”.
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola,
scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, di mana
ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di
tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu kegiatan tentang cara membaca huruf
dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Saat ini, kata
sekolah berubah arti menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar
serta tempat menerima dan memberi pelajaran.
Budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang dianut
bersama oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain”. Menurut Deal & Peterson (1999) “budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi
perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar
sekolah”. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak,
dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. budaya sekolah sebagai
karakteristik khas sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai yang
dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan
tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu
kesatuan khusus dari sistem sekolah. Bahwa “ budaya sekolah yang kerap
disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara
sesama guru, antara guru dan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga
kependidikan lainnya serta antar dinas dilingkungannya merupakan wujud dari
lingkungan kerja yang kondusif”
Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri
yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan,
kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di
dalamnya.
Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan,
yaitu pembelajaran. Budaya sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang
sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Konsep budaya sekolah masuk ke dalam
pendidikan itu pada dasarnya sebagai upaya untuk memberikan arah tentang
efisiensi lingkungan pembelajaran, lingkungan dalam hal ini dapat dibedakan
dalam dua hal (1) lingkungan yang sifatnya alami sesuai dengan budaya siswa dan
guru, (2) lingkungan artificial yang diciptakan oleh guru atau hasil interaksi
antara guru dengan siswa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah
adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian,
dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas
administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.
- Lingkungan
Sekolah
Lingkungan diartikan sebagai
kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lainnya. Yang dimaksud lingkungan pendidikan
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak
bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang
sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik,
sebab bagaimanapun lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi
anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya,
dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan
sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah,
alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan. Lingkungan
pendidikan dapat diartikan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan
atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses
pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan
pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai
lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia,
agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan
pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi peserta didik.
- Prinsip-prinsip
Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah
Pengetahuan dan kesopanan para
personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan
dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi
ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan
terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang
tua dan masyarakat. Upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada
beberapa prinsip berikut ini :
1.
Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.
Pengembangan
budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah.
Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembagnan budaya
sekolah. Visi tentang keunggulan sekolah misalnya, harus disertai dengan
program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.
2.
Penciptaan komunikasi Formal dan Informal.
Komunikasi
merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyamaikan
pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, komunikasi informal sama pentingnnya
dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu
digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3.
Inovatif dan bersedia mengambil resiko.
Salah satu
dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap
perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima
khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang
beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4.
Memiliki strategi yang jelas.
Pengembangan
budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program. Strategi mencakup
cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyengkut kegiatan operasional yang
perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
5.
Berorientasi kinerja.
Pengembangan
budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang terdapat mungkin dapat diukur.
Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari
suatu sekolah.
6.
Sistem evaluasi yang jelas.
Untuk
mengetaui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara
rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu
dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal kapan evluasi dilakukan, siapa
yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
7.
Memiliki komitmen yang kuat.
Komitmen
dari pimpinan dan warga sekolah sangat menetukan implementasi program-program
pengembangan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukan bahwa komitmen yang lemah
terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan
baik.
8.
Keputusan berdasarkan consensus.
Ciri budaya
organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung
pada pengambilan keputusan secara consensus. Meskipun hal itu tergantung pada
pengambilan keputusan, namun pada umumnya consensus dapat meningkatkan komitmen
anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.
9.
Sistem imbalan yang jelas.
Pengambilan
budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu
dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit
poin terutama bagi siswa yang menunjukan perilaku positif yang sejalan dengan
pengembangan budaya sekolah.
10. Evaluasi
diri
Merupakan
salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat atau
menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode
penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah.
- Karakteristik
Budaya dan Lingkungan Sekolah
Budaya sekolah memiliki empat
karakteristik yaitu: (1) budaya sekolah bersifat khusus karena masing masing
sekolah memiliki sejarah, pola komunikasi, sistem dan prosedur, pernyataan visi
dan misi, (2) budaya sekolah pada hakikatnya stabil dan biasanya lambat
berubah. Budaya sekolah akan berubah bila ada ancaman krisis dari sekolah yang
lain, (3) budaya sekolah biasanya memiliki sejarah yang bersifat implisit dan
tidak eksplisit, (4) budaya sekolah tampak sebagai perwakilan simbol yang
melandasi keyakinan dan nilai-nilai sekolah tersebut.
Karakteristik budaya sekolah dapat
dipandang menurut hirarki basic assumption, values, norms, dan
artifacts sebagai berikut :
1.
Basic Assumption/Asumsi Dasar
Kepedulian
budaya pada tingkat yang paling dalam ini adalah pra anggapan dasar dibawah
sadar dan sekaligus keadaan yang diterima tentang bagaimana persoalan sekolah
seharusnya dipecahkan. basic assumption ini memberitahu para anggota
organisasi bagaimana merasakan, berfikir dan adanya sentuhan tentang banyak hal
di dalam organisasi
2.
Values
Level
kepedulian berikut mencakup values tentang sebaiknya menjadi apa dalam
organisasi. Values memberitahu para anggota apa yang penting dan
berharga di dalam organisasi dan apa yang mereka butuhkan untuk memberi
perhatian. Values merupakan keyakinan dasar yang berperan sebagai sumber
inspirasi kekuatan dan pendorong seseorang dalam mengambil sikap, tindakan dan
keputusan, serta dalam menggerakkan dan mengendalikan perlilaku seseorang dalam
upaya pembentukan budaya sekolah.
3.
Norma
Para guru
jangan mengkritik kepala sekolah di depan publik! Mengapa? Jawabannya adalah
norma. Peran norma adalah menuntun bagaimana para anggota organisasi seharusnya
berkelakuan didalam situasi tertentu. Hal ini menggambarkan peraturan yang
tidak tertulis dari perilaku. Setiap kelompok menetapkan norma sendiri, yaitu
standar perilaku yang dapat diterima, yang dibagi dengan para anggotannya.
Norma memberitahukan para anggota apa yang sebaiknya dan tidak sebaiknya untuk
melakukan dibawah keadaan tertentu. Ketika disetujui dan diterima oleh kelompok,
norma bertindak sebagai sarana mempengaruhi perilaku anggota kelompok dengan
minimum pengendalian dari eksternal. Norma berbeda diantara kelompok, komunitas
ataupun organisasi.
4.
Artifacts
Artifacts ini merupakan wujud kongkrit
seperti sistem, prosedur, sistem kerja, peraturan, struktur dan aspek fisik
dari organisasi. Istilah sistem kerja menunjukan bagaimana pekerjaan dari
organisasi dilaksanakan. Berdasarkan karakteristik budaya tersebut,
Mendiagnosis budaya sekolah, dapat dilakukan dengan pendekatan : a) perilaku,
terkait dengan pola perilaku yang memproduksi hasil atau kegiatan. Pendekatan
ini menggambarkan secara spesifik tentang bagaimana tugas dilaksanakan dan
bagaimana interaksi dikelola dalam organisasi. Suatu pekerjaan menunjukan
tanggungjawab, wewenang dan tugas individu. b) nilai bersaing, yang dipandang
dari preferensi dan tata nilai dari para anggotanya. c) Asumsi mendalam,
terkait dengan penekanan penting yang paling dalam organisasi, umumnya tidak
dapat ditelaah, namun terdapat asumsi bersama dan sama-sama tahu bagaimana
menuntun perilaku para anggotanya. pendekatan ini sering memiliki dampak yang
perkasa bagi keefektifan sekolah”
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Budaya sekolah
adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau pegangan yang
menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk
stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta
asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah.
Dalam pengembangan budaya sekolah perlu mengacu
pada 10 prinsip dari berpedoman pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah hingga
Evaluasi Diri, selain menggunakan 10 prinsip tersebut dalam pengembangan
kebudayaan sekolah juga perlu memegang asas-asas seperti: kerjasama kelompok,
kemampuan bertanggung jawab, keinginan pada kemauan, kegembiraan yang harus
dimiliki seluruh anggota, hormat, jujur, disiplin, kemampuan menempatkan diri,
kemampuan dan kesopanan yang dimiliki seluruh anggota.
Daftar pustaka
http://fadeli71.blogspot.com/2016/03/manajemen-budaya-dan-lingkungan-sekolah.html?m=1
Wahab,
Abdul Aziz. 2011, Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan (telaah
terhadap organisai dan pengelolaan organsisasi pendidikan). Bandung:
Alfabeta
Masaong,
Abd Kadim & Ansar. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan
Implementasi. Gorontalo: Senta Media
Deal
& Peterson. 1999. Menciptakan
budaya sekolah yang tetap eksishttp://www.mediaindonesia.co.id
diakses tanggal 21 Juni 2018
Chatab,
Nevizond. 2007. Profil budaya organisasi. Bandung: Alfabeta
https://www.scribd.com/document/436579640/Makalah-manajemen-budaya-dan-lingkungan-sekolah
Riduwan.
2012. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta
Zazin,
Nur. 2011. Gerakan menata sekolah pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Komentar
Posting Komentar