Budaya Lingkungan dalam Manajemen Berbasis Sekolah

 

Ditulis  Untuk  Memenuhi  Sebagian  Persyaratan

Penilaian  Mata  Kuliah  Manajemen  Berbasis  Sekolah

 



 

 

Dosen Pengampu : Dr. Rita Aryani M.M

Nama : Nikita Sebrina

Nim : 8720317150027

 

 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS PANCA SAKTI

BEKASI

2020

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar belakang

Manajemen budaya dan lingkungan sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan karakter positif siswa. Manajemen budaya dan lingkungan sekolah dilakukan agar lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang kondusif bagi penyemaian dan  pengembangan watak optimisme, mengembangkan penalaran, pencerahan akal budi, membekali ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk  menjadikan siswa yang jujur, sopan santun, kreatif produktif, mandiri, dan  bermanfaat bagi sesamanya. Karena lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat siswa berinteraksi, selain lingkungan keluarga dan masyarakat untuk melakukan proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu, sekolah sebagai sebuah institusi perlu dikelola dengan cara-cara pengelolaan yang baik. Manajemen budaya dan lingkungan sekolah mempunyai peluang besar dalam menghasilkan lulusan yang memiliki karakter nilai-nilai baik agar pendidikan dapat  berlangsung sebagai usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran kondusif sehingga dapat menghasilkan siswa yang tidak hanya cerdas secara kognitif tetapi siswa yang berkarakter positif.

Manajemen budaya sekolah yang kondusif bagi penyemaian dan  pengembangan  pengembangan karakter karakter positif positif siswa dilakukan dilakukan dengan memperhatikan memperhatikan  prinsip-prinsip  prinsip-prinsip berkelanjutan, berkelanjutan, terpadu, terpadu, konsisten, konsisten, implementatif, implementatif, dan menyenangkan. Untuk pengembangan budaya sekolah diperlukan empat tahapan yaitu perencanaan program, sosialisasi yaitu perencanaan program, sosialisasi program, pel program, pelaksanaan program, dan aksanaan program, dan evaluasi program. Untuk mengetahui keberhasilan program  pengembangan  pengembangan budaya sekolah sekolah perlu dilakukan dilakukan monitoring monitoring dan evaluasi evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian program dengan  perencanaan.  perencanaan. Tingkat pencapaian pencapaian program program pengembangan pengembangan budaya dan  lingkungan sekolah ungan sekolah yang kondusif yang kondusif perlu dibuat perlu dibuat instrumen pengukuran keberhasilan.

Belum  semua  sekolah  memahami  pentingnya  budaya  sekolah. Hal  ini  terlihat  pada  fakta bahwa  belum  semua  sekolah  memiliki program  pengembangannya.  pengembangannya. Kondisi ini terjadi terjadi  karena sebagian kepala sekolah  belum memahami memahami dan terampil terampil dalam merencanakan, merencanakan, melaksanakan melaksanakan  pengembangan, dan  pengembangan, dan mengukur efektivitas mengukur efektivitas pengembangan budaya pengembangan budaya sekolah. sekolah. Hal itu tidak berarti kepala sekolah tidak memperhatikan  pengembangannya.  pengembangannya. Pada Kenyataannya Kenyataannya banyak kepala sekolah sekolah yang sangat memperhatikan akan pentingnya membangun suasana sekolah, suasana kelas, membangun hubungan yang harmonis untuk menunjang terbentuknya norma, keyakin a norma, keyakinan, sikap, karakt an, sikap, karakter, dan motif berpre dan motif berprestasi sehingga tumbuh menjadi sikap berfikir warga sekolah yang positif. Hanya saja kenyataan itu sering tidak tampak pada dokumen program  pengembangan budaya.

  1. Rumusan  Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah?

2.      Apa yang dimaksud dengan budaya dan lingkungan sekolah?

3.      Bagaimana Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah?

4.      Bagaimana Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah?

 

  1. Tujuan

1.      Untuk mengetahui Manajemen Berbasis Sekolah

2.      Untuk mengetahui Budaya dan Lingkungan Sekolah.

3.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah.

4.      Untuk mengetahui Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah.

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu isu yang kuat didorong ke permukaan dalam konteks implementasi gagasan reformasi pendidikan yang direfleksikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 51 ayat (1) menyatakan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.” 

Manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based management” yang memiliki arti sebagai suatu pendekatan praktis yang bertujuan untuk mendesain pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, kepala sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.  MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut para ahli:

Ø  Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.

Ø  Menurut Nurkholis (2003:1) menjelaskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya berdasar pada sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ø  Menurut Myers dan Stonehill (1993) menjelaskan bahwa MBS merupakan strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan mentransfer otoritas pengambilan keputusan secara signifikan dari pemerintah pusat dan daerah ke sekolah-sekolah secara individual.

Manajemen Berbasis Sekolah pada prinsipnya menempatkan kewenangan yang bertumpu pada sekolah dan masyarakat, menghindari format sentralisasi dan birokratisasi yang dapat mneyebabkan hilangsa fungsi manajemen sekolah. MBS memandang sekolah sebagai suatu lembaga yang harus di kembangkan. Prestasi kerja sekolah diukur dari perkembangannya. Oleh karena itu, semua kegiatan program sekolah ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada siswa secara oprimal.

MBS memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan pengelolaan system pendiikan atau administrator secara professional. Oleh karena itu, keberhasilan dalam mencapai kinerja unggul akan sangat ditentukan oleh faktor informasi, pengetahuan, keterampilan, dan insentif (hadiah) yang berorientasi pada mutu, efisiensi dan kemandirian sekolah. Berkaitan dengan harapan untuk menghasilkan mutu yang baik, konsep MBS memperhatikan aspek-aspek mutu yang harus dikendalikan secara komprehensif yaitu karakteristik mutu pendidikan, baik input, proses, maupun output atas pembiayaan, metode atau sistem penyampaian bahan atau materi pelajaran pelayanan pada siswa dan orang tua atau masyarakat.

MBS akan efektif diterapkan jika para pengelola pendidikan mampu melibatkan stakeholders terutama peningkatan peran serta masyarakat dalam menentukan kewenangan, pengadministrasian, dan inovasi kurikulum yang dilakukan oleh masing-masing sekolah. Oleh karena itu, validitas sekolah terhadap stakeholder akan menjadi titik awal kepercayaan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat jika sekolah mampu memenuhi harapan atau kebutuhan siswa dan msyarakat.

Jadi, dari uraian di atas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pengelolaan sumber daya sekolah yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah, baik dari kepala sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat serta mengikutkansertakan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah untuk mencapai tujuan peningkatan sekolah dengan proses yang baik.

  1. Budaya Sekolah

Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin ilmu Antropologi Sosial. Apa yang tercakup dalam definisi budaya sangatlah luas. Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama. Kebudayaan “merupakan masyarakat yang berdasarkan hukum-hukum yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis yang paling baik bagi warga negaranya”.

Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, di mana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu kegiatan tentang cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.

Budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang dianut bersama oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain. Menurut Deal & Peterson (1999) budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. budaya sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah. Bahwa “ budaya sekolah yang kerap disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya serta antar dinas dilingkungannya merupakan wujud dari lingkungan kerja yang kondusif”

 Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya.

Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu pembelajaran. Budaya sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Konsep budaya sekolah masuk ke dalam pendidikan itu pada dasarnya sebagai upaya untuk memberikan arah tentang efisiensi lingkungan pembelajaran, lingkungan dalam hal ini dapat dibedakan dalam dua hal (1) lingkungan yang sifatnya alami sesuai dengan budaya siswa dan guru, (2) lingkungan artificial yang diciptakan oleh guru atau hasil interaksi antara guru dengan siswa.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.

 

  1. Lingkungan Sekolah

Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.  Yang dimaksud lingkungan pendidikan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.

Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.

Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan.

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan  sikap dan pengembangan potensi peserta didik.

 

  1. Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah

Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat. Upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip berikut ini :

1.      Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.

Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembagnan budaya sekolah. Visi tentang keunggulan sekolah misalnya, harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.

2.      Penciptaan komunikasi Formal dan Informal.

Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyamaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, komunikasi informal sama pentingnnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.

3.      Inovatif dan bersedia mengambil resiko.

Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.

4.      Memiliki strategi yang jelas.

Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program. Strategi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyengkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.

5.      Berorientasi kinerja.

Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang terdapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.

6.      Sistem evaluasi yang jelas.

Untuk mengetaui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal kapan evluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.

7.      Memiliki komitmen yang kuat.

Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menetukan implementasi program-program pengembangan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.

8.      Keputusan berdasarkan consensus.

Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan secara consensus. Meskipun hal itu tergantung pada pengambilan keputusan, namun pada umumnya consensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.

9.      Sistem imbalan yang jelas.

Pengambilan budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.

10.  Evaluasi diri

Merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah.

 

  1. Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah

Budaya sekolah memiliki empat karakteristik yaitu: (1) budaya sekolah bersifat khusus karena masing masing sekolah memiliki sejarah, pola komunikasi, sistem dan prosedur, pernyataan visi dan misi, (2) budaya sekolah pada hakikatnya stabil dan biasanya lambat berubah. Budaya sekolah akan berubah bila ada ancaman krisis dari sekolah yang lain, (3) budaya sekolah biasanya memiliki sejarah yang bersifat implisit dan tidak eksplisit, (4) budaya sekolah tampak sebagai perwakilan simbol yang melandasi keyakinan dan nilai-nilai sekolah tersebut.

Karakteristik budaya sekolah dapat dipandang menurut hirarki basic assumption, values, norms, dan artifacts sebagai berikut :

1.      Basic Assumption/Asumsi Dasar

Kepedulian budaya pada tingkat yang paling dalam ini adalah pra anggapan dasar dibawah sadar dan sekaligus keadaan yang diterima tentang bagaimana persoalan sekolah seharusnya dipecahkan. basic assumption ini memberitahu para anggota organisasi bagaimana merasakan, berfikir dan adanya sentuhan tentang banyak hal di dalam organisasi

2.      Values

Level kepedulian berikut mencakup values tentang sebaiknya menjadi apa dalam organisasi. Values memberitahu para anggota apa yang penting dan berharga di dalam organisasi dan apa yang mereka butuhkan untuk memberi perhatian. Values merupakan keyakinan dasar yang berperan sebagai sumber inspirasi kekuatan dan pendorong seseorang dalam mengambil sikap, tindakan dan keputusan, serta dalam menggerakkan dan mengendalikan perlilaku seseorang dalam upaya pembentukan budaya sekolah.

3.      Norma

Para guru jangan mengkritik kepala sekolah di depan publik! Mengapa? Jawabannya adalah norma. Peran norma adalah menuntun bagaimana para anggota organisasi seharusnya berkelakuan didalam situasi tertentu. Hal ini menggambarkan peraturan yang tidak tertulis dari perilaku. Setiap kelompok menetapkan norma sendiri, yaitu standar perilaku yang dapat diterima, yang dibagi dengan para anggotannya. Norma memberitahukan para anggota apa yang sebaiknya dan tidak sebaiknya untuk melakukan dibawah keadaan tertentu. Ketika disetujui dan diterima oleh kelompok, norma bertindak sebagai sarana mempengaruhi perilaku anggota kelompok dengan minimum pengendalian dari eksternal. Norma berbeda diantara kelompok, komunitas ataupun organisasi.

4.      Artifacts

Artifacts ini merupakan wujud kongkrit seperti sistem, prosedur, sistem kerja, peraturan, struktur dan aspek fisik dari organisasi. Istilah sistem kerja menunjukan bagaimana pekerjaan dari organisasi dilaksanakan. Berdasarkan karakteristik budaya tersebut, Mendiagnosis budaya sekolah, dapat dilakukan dengan pendekatan : a) perilaku, terkait dengan pola perilaku yang memproduksi hasil atau kegiatan. Pendekatan ini menggambarkan secara spesifik tentang bagaimana tugas dilaksanakan dan bagaimana interaksi dikelola dalam organisasi. Suatu pekerjaan menunjukan tanggungjawab, wewenang dan tugas individu. b) nilai bersaing, yang dipandang dari preferensi dan tata nilai dari para anggotanya. c) Asumsi mendalam, terkait dengan penekanan penting yang paling dalam organisasi, umumnya tidak dapat ditelaah, namun terdapat asumsi bersama dan sama-sama tahu bagaimana menuntun perilaku para anggotanya. pendekatan ini sering memiliki dampak yang perkasa bagi keefektifan sekolah”

 


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau pegangan yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah.

Dalam pengembangan budaya sekolah perlu mengacu pada 10 prinsip dari berpedoman pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah hingga Evaluasi Diri, selain menggunakan 10 prinsip tersebut dalam pengembangan kebudayaan sekolah juga perlu memegang asas-asas seperti: kerjasama kelompok, kemampuan bertanggung jawab, keinginan pada kemauan, kegembiraan yang harus dimiliki seluruh anggota, hormat, jujur, disiplin, kemampuan menempatkan diri, kemampuan dan kesopanan yang dimiliki seluruh anggota.

 


 

Daftar pustaka

 

http://fadeli71.blogspot.com/2016/03/manajemen-budaya-dan-lingkungan-sekolah.html?m=1

Wahab, Abdul Aziz. 2011, Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan (telaah terhadap organisai dan pengelolaan organsisasi pendidikan). Bandung: Alfabeta

Masaong, Abd Kadim & Ansar. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan Implementasi. Gorontalo: Senta Media

Deal & Peterson. 1999.  Menciptakan budaya sekolah yang tetap eksishttp://www.mediaindonesia.co.id diakses tanggal  21 Juni 2018

Chatab, Nevizond. 2007. Profil budaya organisasi. Bandung: Alfabeta

https://www.scribd.com/document/436579640/Makalah-manajemen-budaya-dan-lingkungan-sekolah

Riduwan. 2012. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta

Zazin, Nur. 2011. Gerakan menata sekolah pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz Media

Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah.Jakarta: Bumi Aksara,

Komentar